Tolong, Saya Kecanduan SMS…

Terabaikannya komunikasi menimbulkan kesenjangan dalam menerjemahkan harapan dan kebutuhan di antara mereka. Akibatnya, sang istri “kecanduan” ber-sms dengan pengagum rahasianya. Tetapi ternyata, rasa bersalah tidak lagi bisa diajak kompromi.

Cerita Yeni :

“Belakangan ini saya sering letih tanpa sebab yang jelas,” keluh Yeni (32 tahun). Ibu seorang anak ini melanjutkan, “Akibatnya, selain pekerjaan di kantor jadi acak-acakan, konsentrasi mengasuh anak juga terganggu. Saya, mudah sekali uring-uringan,” lanjutnya dengan nada sesal dan wajah penuh rasa bersalah.

“Perasaan ini muncul sejak enam bulan lalu. Tapi makin berat kira-kira dua bulan ini. Saya tahu, sebenarnya saya tidak pantas melakukannya. Tetapi nyatanya sampai sekarang saya belum berhasil menghentikannya,” katanya dengan wajah tertunduk.

Setelah terdiam sesaat, Yeni mulai bercerita, “Begini Bu, kira-kira enam bulan yang lalu saya mendapat sms “nyasar”. Karena memang hobi ber-sms iseng-iseng pesan itu saya balas. Eh, ternyata kami “saling nyambung”. Sejak itu, kami rutin chatting . Terus terang di bulan-bulan pertama, saya merasa ada sesuatu yang “baru” dalam hidup saya.”

“Edo , anggap saja itu namanya, sangat romantis. Ia selalu memanggil dengan mesra, seperti “Sayang”, “ Honey ”, ”Cinta”, “ My darling ”, yang membuat saya bahagiaaa… sekali. Sedangkan Rudi, suami saya, selama enam tahun usia pernikahan kami, tak pernah mengungkapkan kata-kata seperti itu.”

“Sampai suatu ketika, Edo membuka identitas dirinya. Ternyata ia mahasiswa, dan umurnya jauh dari saya. Tentu saja saya tidak mau terus terang memberi identitas, karena saya khawatir Edo menolak saya. Saya pun berbohong. Saya bilang saya mahasiswi yang hampir lulus. Edo percaya. Chatting pun berjalan makin intens. Saya jadi begitu menikmati dan rela menghabiskan banyak pulsa, bahkan sampai ratusan ribu, hanya untuk ber-sms dan telepon,” cerita Yeni.

“Saya akui, saya sudah “kecanduan”. Hampir tiap jam kami chatting . Di rumah pun, meski ada anak dan suami, saya tetap chatting . Saya suka berdalih menemani anak tidur agar bisa leluasa chatting dengan Edo . Sempat sih terpikir, apakah saya sudah tak waras?” kata Yeni menyender lesu di kursinya.

“Saya sadar betul kalau saya berada dalam situasi semu yang bisa menyulitkan. Perasaan waswas diketahui suami dan rasa bersalah kepada anak dan suami juga makin besar. Tapi, kebutuhan untuk mendapatkan romantisme semu dari Edo juga sama besarnya. Selain itu, ada rasa tidak tega meninggalkan Edo . Ia sepertinya juga sudah bergantung pada saya. Buktinya, dia selalu langsung mengirim sms bernada marah kalau saya terlambat membalas smsnya. Apa yang harus saya lakukan, ya?” tanya Yeni, menutup pembicaraan.

Ceritera Rudi:

“Saya bingung, mengapa Yeni tiba-tiba minta berkonsultasi ke psikolog. Saya sempat berpikir, apakah ada yang salah dengan diri saya,” ujar Rudi, karyawan swasta berusia 34 tahun, menyatakan keheranannya.

“Memang sih , belakangan ini saya merasa Yeni agak berubah. Ia makin sering pergi sendiri dengan berbagai alasan. Ia juga lebih suka bawa mobil sendiri. Wajahnya selalu cerah. Selain itu, sekarang ia gemar mengoleksi kaset baru yang isinya lagu-lagu romantis. Saya pikir ia sedang terpengaruh acara AFI. Ternyata bukan. Meski begitu, saya hanya berpikir, mungkin dia ingin menghibur diri sendiri karena tugas di kantornya makin banyak,” lanjut Rudi.

“Perubahan lainnya? Sekarang Yeni mudah uring-uringan. Selain itu, ia sering menemani anak tidur. Padahal, anak kami sudah berani tidur sendiri. Itu pun saya hanya berpikir mungkin Yeni kangen dengan anak, karena sering meninggalkan anak karena pekerjaannya,” kata Rudi.

Lanjutnya, “Terus terang, kami memang jarang berkomunikasi akibat kesibukan masing-masing. Setahun terakhir ini saya sendiri sibuk berorganisasi di luar profesi saya. Karena menemukan kenikmatan, maka saya jalani hari-hari saya dengan banyak kegiatan.”

“Pada dasarnya, Yeni itu ibu yang baik,” kata Rudi setelah ia terdiam sejenak. “Meski bekerja, ia tetap meluangkan waktu untuk mendampingi anak belajar. Ia juga memperhatikan soal pendidikan dan gizi anak,” lanjutnya.

“Sifat-sifat Yeni? Selama tigaj tahun pacaran, saya cukup mengenal sifatnya yang keras kepala, persisten, namun sangat perhatian dan mau mendengarkan orang lain. Ia juga pekerja keras. Sebenarnya ia agak pendiam, namun banyak yang “naksir” dirinya. Entahlah kok begitu. Mungkin karena sifat penuh perhatiannya. Dulu saat pacaran dengan saya, ia sempat “jalan” dengan beberapa teman laki-laki sekaligus. Tapi saya tahu, ia tidak serius, dan saya tidak cemburu. Atau, mungkin ia sengaja memancing saya untuk cemburu ya? Nah, saya baru sadar sekarang. Tetapi, sepanjang ia masih menunjukkan komitmen tetap bersatu, saya ya tidak cemburu,” suara Rudi terdengar datar.

Psikolog :

Tampaknya antara Yeni dan Rudi telah terjadi kesenjangan dalam hal harapan dan kebutuhan. Yeni sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang diekspresikan dengan kemasan romantisme. Meskipun bukan berarti tidak perhatian dan tidak sayang pada Yeni, namun cara Rudi mengungkapkan perhatian dan sayangnya “kurang mengena” di hati Yeni.

Yeni adalah anak bungsu yang selalu diistimewakan oleh keluarga. Dengan latar belakang masa kecil yang demikian, tidak mengherankan bila di masa selanjutnya, Yeni menuntut untuk terpenuhinya kebutuhan tersebut.

Masalah makin kompleks, karena Yeni berusaha mencari pemenuhan kebutuhan itu dari sosok Edo, yang “kebetulan” hadir namun dengan sengaja “dipertahankan” Yeni. Semula, Yeni hanya iseng menjadikan Edo sebagai “ soulmate ”nya. Namun, lama kelamaan Yeni menjadi tergantung dan sosok Edo dipersepsikan sebagi orang yang mampu memberikan romantisme yang selama ini diidam-idamkan, yang tidak ia dapatkan dari Rudi. Meskipun Yeni sadar ini romantisme semu.

Namun di sisi lain, muncul konflik karena rasa bersalah dan cemas, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap Rudi dan anaknya. Dalam keadaan konflik, energi Yeni tersedot untuk berusaha mengatasi perasaan-perasaan negatifnya. Tapi, tampaknya, ia tidak berhasil karena dorongan untuk mendapatkan kenikmatan semu dari Edo sangat kuat. Pada akhirnya, ia malah kekurangan energi untuk menyelesaikan tugas-tugasnya di kantor, juga untuk memperhatikan anak dan suami.

Meskipun Rudi mulai “mencium” gelagat itu, namun ia masih mencoba melihat Yeni secara rasional. Ini dianggap Yeni sebagai angin segar untuk tetap mempertahankan hubungannya dengan Edo . Namun, seiring berjalannya waktu, rasa bersalah tak mampu ia tanggung.

Sesi awal diisi dengan memberi kesempatan kepada Rudi dan Yeni untuk berdiskusi tentang nuansa perkawinan. Dalam diskusi tersebut, Rudi dan Yeni diminta untuk mengevaluasi nuansa perkawinan mereka. Masing-masing mengungkapkan penghayatan perasaan dan pikiran masing-masing tanpa boleh saling menyela dan mengritik, melainkan benar-benar saling mendengarkan. Dengan sesi tersebut timbulah pemahaman yang lebih baik akan perasaan dan pikiran serta terungkap pula kebutuhan dan harapan masing-masing.

Rudi jadi paham bahwa ungkapan perhatian dan kasih sayangnya selama ini kepada Yeni ternyata kurang tepat sasaran. Ia pun menunjukkan usaha lain untuk mencari cara yang pas untuk Yeni. Meskipun kurang ekspresif, namun dengan latihan, sedikit demi sedikit Rudi tidak lagi canggung memegang tangan atau merangkul pundak Yeni ketika duduk di sofa sambil nonton TV. Selain itu, Yeni juga mulai memancing Rudi utnuk menjawab smsnya yang mesra.

Sikap aktif Yeni untuk memulai mengungkapkan romantisme kepada Rudi via sms, ternyata mampu mengajarkan Rudi untuk membalas dengan kata-kata serupa. Rudi jadi terbiasa mengungkapkan kata-kata mesra kepada Yeni. Meskipun hanya melalui sms, namun sudah merupakan kebahagiaan bagi Yeni. Rudi juga merasa puas karena mampu membahagiakan Yeni.

Untuk membantu Yeni menghentikan hubungannya dengan Edo , disediakan satu sesi untuk menghadirkan Yeni sendiri dalam konseling. Dalam sesi tersebut, Yeni diminta membayangkan seandainya yang melakukan chatting adalah Rudi, bagaimana sakit hatinya seandainya ia dikhianati Rudi. Ia juga diminta menuliskan untung-ruginya tetap melanjutkan hubungannya dengan Edo . Pada akhirnya, Yeni mampu melihat lebih banyak ruginya kalau ia tetap berhubungan dengan Edo . Meskipun awalnya berat, Yeni merasa kebahagiaan keluarga adalah yang nyata bukan semu seperti kebahagiaan yang ia rasakan dengan Edo .

Pada awal-awal usahanya untuk putus hubungan dengan Edo , Yeni selalu mem- forward sms untuk Edo ke nomor Rudi. Tentu saja tanpa menyebutkan nama Edo . Rudi pun merasa tersanjung. Ini sekaligus melatih Rudi untuk terbiasa dengan kata-kata mesra dari Yeni. Rudi kemudian terdorong untuk membalasnya dengan kata-kata mesra pula. Akhirnya, Yeni mampu melepaskan ketergantungannya pada Edo . Energinya kembali terfokus untuk keluarga dan pekerjaan. Rasa bersalah dan cemasnya pun mulai menghilang.

~ oleh arahmannh pada April 29, 2009.

Tinggalkan komentar